Butuh nyali yang besar kalau hendak mengunjungi Bukit Panembongan di DesaTembong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan. Karena selain jalanan sempit dan berliku, juga akan dihadapkan dengan tanjakan dan turunan tajam. Keterampilan mengemudi tampaknya sangat diperlukan guna mendatangi obyek wisata baru ini.
Tapi kalau sudah sampai di puncak bukit, semua rintangan bakal tergantikan dengan indahnya pemandangan di kawasan tersebut. Tak peduli pagi atau pun senja, panorama di Bukit Panembongan layak dijadikan tempat untuk swafoto (selfie). Bahkan banyak pasangan yang hendak menikah memilih foto “pre wedding” di sini.
Terlebih, selain dimanjakan pemandangan khas perbukitan, pengunjung pun bisa berswafoto di bangunan bambu yang menjorok ke jurang, serta yang dibangun menjulang tingggi ke langit. Hanya dengan merogoh uang Rp
2.000 per orang, pengunjung bisa naik ke bangunan setinggi kurang lebih 4 meter ini.
Kemudian jika ingin mengisi perut, sedikitnya ada 20 warung yang bisa dijadikan tempat melepas lelah sambil menikmati makanan dan minuman.
“Selain telah ada warung-warung, di sini juga telah ada mushola dan toilet. Jaringan listrik juga sudah masuk. Jadi kalau malam, warung-warung tidak gelap. Karena di sini juga suka ada yang kemah atau kemping, pasti mereka butuh penerangan saat memakai fasilitas toilet dan mushola,” kata Rasja, salah
seorang pemilik warung di Bukit Panembongan.
Kawasan wisata yang dikelola Perhutani Kuningan bersama warga ini, tenar lewat media sosial dan baru satu tahun lebih resmi beroperasi. Awalnya siapa pun bisa bebas keluar masuk tanpa harus membayar tiket. Mereka hanya perlu membayar parker kendaraan . “Namun sejak 8-9 bulan terakhir, barulah wisatawan mesti membeli tiket masuk, meski tidak terlalu mahal hanya Rp 5.000 per orang,” ujar Rasja.
Menurut petugas Perhutani, Ujang Andi, sejak Januari hingga Maret ini, jumlah pengunjung cenderung menurun. Karena kendala cuaca dengan intensitas hujan yang masih tinggi, membuat banyak orang enggan bepergian, termasuk untuk berwisata.
Selain itu kata dia, karena akses jalan yang belum memadai. Dari mulai jalan masuk pertama hingga loket, jalan nyaris hanya bisa dilewati satu mobil. Hanya di beberapa titi, jalan bisa dilewati dua mobil sekaligus dari arah berlawanan. Ditambah lagi medan yang relatif tak ringan, karena ada tanjakan dan turunan tajam.
Ujang mengaku banyak yang mengeluhkan akses jalan masuk. Tapi tak jarang pula, pengunjung langsung senang saat menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit ke lembah yang ada di bawahnya. Rumah-rumah penduduk dari beberapa desa tampak jelas terlihat jika kabut belum menyelimuti kawasan bukit.
“Maraknya wisata alam di beberapa wilayah lainnya di Kuningan, juga menyebabkan kunjungan ke Panembogan berkurang. Sekarang mungkin banyak yang lebih memilih ke Cisantana, karena di sana ada tempat-tempat wisata alam baru. Contohnya Ipukan,” tuturnya.
0 Response to "Bukit Panembongan"
Posting Komentar