Tari Topeng Cirebon

http://eksplorecirebon.blogspot.co.id/
 
Tari Topeng Cirebon merupakan salah satu tarian asli daerah Cirebon yang berasal dari wilayah Kesultanan Cirebon. Tari Topeng Cirebon juga termasuk dapat ditemukan di daerah - daerah Subang, Indramayu, Jatibarang, Majalengka, Losari dan Brebes.

Menurut pendapat salah seorang seniman dari ujung gebang-Susukan Cirebon, Marsita, kata topeng berasal dari kata” Taweng” yang berarti tertutup atau menutupi. Sedangkan menurut pendapat umum, istilah kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup muka / kedok. Berdasarkan asal katanya tersebut, maka tari topeng pada dasarnya merupakan seni tari tradisional masyarakat Cirebon yang secara spesifik menonjolkan penggunaan penutup muka berupa topeng atau kedok oleh para penari pada waktu pementasannya.
 
- Tentang Tari Topeng Cirebon
Kesenian topeng Cirebon merupakan penjabaran dari cerita Panji dimana dalam satu kelompok kesenian topeng terdiri dari dalang (yang menarasikan kisahnya) dan enam orang pemuda yang mementaskannya diiringi oleh empat orang musisi gamelan atau dalam bahasa Cirebon disebut dengan Wiyaga. Hal ini diungkapkan oleh Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java

- Sejarah Tari Topeng Cirebon
Menurut cerita rakyat yang berkembang Tari Topeng diciptakan oleh sultan Cirebon yang cukup terkenal, yaitu Sunan Gunung Jati. Ketika Sunan Gunung Jati berkuasa di Cirebon, terjadilah serangan oleh Pangeran Welang dari Karawang. Pangeran ini sangat sakti karena memiliki pedang yang diberi nama Curug Sewu. Melihat kesaktian sang pangeran tersebut, Sunan Gunung Jati tidak bisa menandinginya walaupun telah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Akhirnya sultan Cirebon memutuskan untuk melawan kesaktian Pangeran Welang itu dengan cara diplomasi kesenian. Berawal dari keputusan itulah kemudian terbentuk kelompok tari, dengan Nyi Mas Gandasari sebagai penarinya. Setelah kesenian itu terkenal, akhirnya Pangeran Welang jatuh cinta pada penari itu, dan menyerahkan pedang Curug Sewu itu sebagai pertanda cintanya. Bersamaan dengan penyerahan pedang itulah, akhirnya Pangeran Welang kehilangan kesaktiannya dan kemudian menyerah pada Sunan Gunung Jati. Pangeran itu pun berjanji akan menjadi pengikut setia Sunan Gunung Jati yang ditandai dengan bergantinya nama Pangeran Welang menjadi Pangeran Graksan. Seiring dengan berjalannya waktu, tarian inipun kemudian lebih dikenal dengan nama Tari Topeng dan masih berkembang hingga sekarang. Selain sebagai media hiburan, tarian ini juga pernah dijadikan sebagai media komunikasi dakwah Islam di Cirebon pada zaman dulu.

- Fungsi dan Makna Tari Topeng Cirebon
Unsur-unsur yang terdapat dalam seni tari topeng Cirebon mempunyai arti simbolik dan penuh pesan-pesan terselubung, baik dari jumlah topeng, warna topeng, jumlah gamelan pengiring dan lain sebagainya. Hal tersebut merupakan upaya para Wali dalam menyebarkan agama Islam dengan menggunakann kesenian Tari Topeng setelah media dakwah kurang mendapat respon dari masyarakat pada masa itu.

Jumlah Topeng / Kedok seluruhnya ada 9 (sembilan ) buah, yaitu : Panji, Samba atau Pamindo, Rumyang, Tumenggung atau Patih, Kelana atau Rahwana, Pentul, Nyo atau Semblep, Jinggananom dan Aki –aki. Dari kesembilan Topeng / Kedok tersebut yang dijadikan sebagai Kedok pokok hanya 5 (lima ) buah. Kelima karakter pokok topeng yang berbeda yaitu :

  • Topeng Panji. Digambarkan sebagai sosok manusia yang baru lahir, penuh dengan kesucian, gerakannya halus dan lembut. Tarian ini bagi beberapa pengamat tarian merupakan gabungan dari hakiki gerak dan hakiki diam dalam sebuah filosofi tarian.
  • Topeng Samba, menggambarkan fase ketika manusia mulai memasuki dunia kanak-kanak, digambarkan dengan gerakan yang luwes, lincah dan lucu.
  • Topeng Rumyang merupakan gambaran dari fase kehidupan remaja pada masa akhil balig
  • Topeng Tumenggung, gambaran dari kedewasaan seorang manusia, penuh dengan kebijaksanaan layaknya sosok prajurit yang tegas, penuh dedikasi, dan loyalitas seperti pahlawan
  • Topeng Kelana/Rahwana merupakan visualisasi dari watak manusia yang serakah, penuh amarah, dan ambisi. Sifat inilah yang merupakan sisi lain dari diri manusia, sisi “gelap” yang pasti ada dalam diri manusia. Gerakan topeng Kelana begitu tegas, penuh dengan ambisi layaknya sosok raja yang haus ambisi duniawi.
Kelima karakter tari topeng Cirebon bila dikaitkan dengan pendekatan ajaran agama Islam dapat dijelaskan sebagai berikut

  • Topeng Panji merupakan akronim dari kata MAPAN ning kang SIJI, artinya tetap kepada satu yang Esa atau dengan kata lain Tiada Tuhan selain Allah SWT.
  • Topeng Samba Berasal dari kata SAMBANG atau SABAN yang artinya setiap. Maknanya bahwa setiap waktu kita diwajibkan mengerjakan segala Perintah- NYA.
  • Topeng Rumyang. Berasal dari kata Arum / Harum dan Yang / Hyang (Tuhan). Maknanya bahwa kita senantiasa mengharumkan nama Tuhan yaitu dengan Do’a dan dzikir
  • Topeng Temenggung. Memberikan kebaikan kapada sesama manusia, saling menghormati dan senantiasa mengembangkan silih Asah, Silih Asih dan Silih Asuh
  • Topeng Klana. Kelana artinya Kembara atau Mencari. Bahwa dalam hidup ini kita wajib berikhtiar.
Tari Topeng Cirebon memang difungsikan oleh Sultan Cirebon Syekh Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan gelar Sunan Gunung Jati sebagai alat dakwah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Cirebon pada awal perkembangan Islam di Cirebon, sehingga karakter dan gerakan setiap topeng memiliki nilai filsafat yang menggambarkan kebijaksanaan, kepemimpinan, cinta bahkan angkara murka serta menggambarkan perjalanan hidup manusia sejak lahir hingga dewasa.
 
- Pertunjukan Tari Topeng Cirebon
Pada zaman dahulu Tari Topeng Cirebon biasanya dipentaskan menggunakan tempat pagelaran yang terbuka berbentuk setengah lingkaran, seperti di halaman rumah, di blandongan (bahasa Indonesia : tenda pesta) atau di bale (bahasa Indonesia : panggung). Pagelaran Kesenian Tari Topeng Cirebon ini dilengkapi dengan obor sebagai penerangannya. Seiring berkembangnya zaman dan teknologi, tari Topeng Cirebon pada masa modern  dipertunjukan didalam gedung dengan lampu listrik sebagai tata cahayanya.

Struktur pagelaran dalam tari Topeng Cirebon bergantung pada kemampuan rombogan, fasilitas gong yang tersedia, jenis penyajian topeng dan lakon (cerita) yang dibawakannya. Secara umum, struktur pertunjukan tari Topeng Cirebon dapat dibedakan kedalam dua jenis yaitu :
 
Topeng alit, memiliki struktur yang minimalis baik dari segi dalang, peralatan, kru dan sajiannya. Jumlah rata-rata kru dalam struktur pagelaran topeng alit biasanya hanya terdiri dari lima sampai tujuh orang yang kesemuanya bersifat multi peran, dalam artian tidak hanya seorang dalang Topeng saja yang membawakan babak topeng, namun para wiyaganya juga ikut membantu dengan memberikan guyonan-guyonan ringan. Dialog dalam topeng alit dilakukan secara spontan berdasarkan situasi yang ada.
  
Topeng gede, memiliki struktur yang lebih besar dan baku jika dibandingkan dari penyajian topeng alit. Hal tersebut dikarenakan topeng gede merupakan bentuk penyempurnaan dari topeng alit, struktur topeng besar diantaranya, adanya musik pengiring (bahasa Cirebon : tetaluan) yang lengkap, adanya lima babak tarian yang berurutan seperti panji, samba, rumyang, tumenggung dan klana, adanya lakonan serta jantuk (bahasa Indonesia : nasihat) yang diberikan pada akhir pagelaran topeng gede

- Musik Pengiring Tari Topeng Cirebon
Tari topeng selalu dipentaskan dengan diiringi oleh alat musik tradisional Jawa Barat dan seorang Sinden. Adapun alat musik tradisional yang digunakan antara lain rebab, kecrek, kulanter, ketuk, gendang, gong, dan bendhe. Namun demikian, musik pengiring tari Cirebon ini berbeda-beda masing-masing daerahnya. Musik pengiring tari Topeng Cirebon yang terdapat di wilayah kabupaten Cirebon dan kabupaten Indramayu menggunakan instrumen musik bernuansa khas Cirebonan seperti Gamelan Cirebon dan sejenisnya. Pada tari Topeng Cirebon gaya Cipunegara, musik pengiringnya justru menggunakan musik-musik Bajidoran yang merupakan seni khas kebudayaan Sunda di kabupaten Subang dan kabupaten Karawang.

- Kostum Penari Topeng Cirebon
Penari Topeng Cirebon menggunakan pakaian tradisional khas Cirebon Jawa Barat, busana yang dipakai tersebut berupa toka-toka, apok, kebaya, sinjang, dan ampreng yang pada umumnya berwarna kuning, hijau, dan merah sesuai dengan karakter / topeng yang dikenakan.

- Perkembangan Tari Topeng Cirebon
Kesenian Tari Topeng ini masih eksis dipelajari di sanggar-sanggar tari yang ada, dan masih sering dipentaskan pada acara-acara resmi daerah, ataupun pada momen tradisional daerah lainnya. Salah satu maestro tari topeng adalah Mimi Rasinah, yang aktif menari dan mengajarkan kesenian Tari Topeng di sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah yang terletak di desa Pekandangan, Indramayu, Indramayu. Sejak tahun 2006 Mimi Rasinah menderita lumpuh, namun ia masih tetap bersemangat untuk berpentas, menari dan mengajarkan tari topeng hingga akhir hayatnya, Mimi Rasinah wafat pada bulan Agustus 2010 pada usia 80 tahun

0 Response to "Tari Topeng Cirebon"

Posting Komentar

close